☆ 173.
Suasana pantai pagi itu masih terlihat sepi hanya ada beberapa orang bahkan warung di sekitarnya pun masih tutup. Hirai turun lebih dulu meninggalkan Noah yang sedang memarkirkan mobilnya. Hembusan angin laut menerpa kulit dan rambutnya, matanya menikmati ombak tenang dari bibir pantai. Senyuman tercetak di wajahnya, ini adalah pemandangan pagi yang sangat indah menurutnya.
"Hira, ini kita mau makan di mana?" Hirai memutar badannya melihat Noah sudah membawa tas bekal yang dibawa dari rumah dan tikar kecil, "Di tempat lo berdiri aja itu" ia menghampiri lalu membantu melebarkan tikar dan menyiapkan makanan untuk mereka berdua.
Pantai selalu menjadi destinasi yang menyenangkan bagi Hirai. Pasir yang halus serta suara ombak yang menenangkan menjadi hal yang akan ia rindukan setiap kembali ke tempat ini.
"Tante Nova rajin banget pagi-pagi udah masak"
"Iya dong kan masak buat anak kesayangannya"
"Aku termasuk anaknya juga dong?"
"Ngimpi. Ya buat gue lah"
Noah tertawa. Entah karena apa ia senang mendengar suara Hirai yang seperti kesal, baginya sangat lucu.
"Kamu mau berenang?"
"Pengen sih tapi males bilasnya"
"Aku duluan berarti ya"
Noah bangkit dari duduknya, langsung membuka baju dan celana panjangnya, hanya menyisakan celana pendek lalu berlari ke arah laut. Hirai terdiam sepersekian detik melihat ulah Noah, ia kaget laki-laki itu tanpa ragu melakukannya,
"AYO HIRA, MUMPUNG MASIH DINGIN AIRNYA KALAU SIANG NANTI PANAS" teriakan dari arah laut memecah lamunannya, terlihat Noah sudah jauh hampir ke tengah. Hirai pun langsung masuk ke laut menyusul Noah.
Kini keduanya kembali duduk di atas pasir sambil tertawa bersama mengingat permainan air di laut tadi.
"Kamu jago berenang ya ternyata"
"Waktu kecil pernah ikut kursus renang tapi cuma empat bulan sih soalnya gurunya galak"
"Gurunya galak atau kamunya yang bandel"
Hirai mendorong ringan bahu Noah, "Ayo bilas ah udah gak enak banget ini berpasir badannya", ia pun pergi ke bilik yang terletak tidak terlalu jauh dari pantai, "Aku ambil tas kamu ya" yang lebih muda mengacungkan jempolnya kemudian menghilang dari pintu.
Setelah bilas, Hirai duduk di sebuah warung dan memesan kelapa muda sembari menunggu Noah. Tak lama laki-laki itu muncul dengan handuk di lehernya, "Aku mau juga dong itu", "Pesen lah".
Matahari mulai meninggi. Hirai masih memandangi laut dengan kelapa muda di hadapannya, "Laper gak?" ia menggeleng, "Lo kalo laper pesen aja itu ada warung makan", "Nanti aja deh bareng kamu"
Saat sedang menikmati pemandangan tiba-tiba ada pasangan kekasih melintas di depan mereka berjalan sambil bersenda gurau melempar canda. Hirai tersenyum hatinya menghangat melihat interaksi itu.
"Noah, lo pernah pacaran?" yang ditanya hampir tersedak minumannya, "Kenapa nanya gitu?", "Penasaran aja, since you are older than me, pasti punya lebih banyak pengalaman tentang itu"
Matanya memandang langit, menerawang jauh ke kenangan masa sekolahnya.
"Pernah. Aku pernah pacaran waktu SMA. Dia teman semeja aku pas kelas sepuluh. Dia baik banget dan selalu ngerti apapun tentang aku malahan dia yang selalu kasih aku semangat buat jadi dokter. Tapi kita putus karena aku yang ternyata belum terbiasa dengan rutinitas pacaran, aku lebih sering cuek sama dia tapi dia selalu ngertiin aku,
Aku juga jarang kasih kabar ataupun tanya kabar dia padahal dia sering tanya aku. Sampai akhirnya dia menyerah, dia gak mau jalanin hubungan yang hanya sepihak kayak gitu, dia gak marah tapi dia sedih karena gak berhasil bikin aku berubah. Aku sayang sama dia pada saat itu tapi aku belum terlalu paham dengan artinya,
Aku pikir sudah cukup hanya dengan kasih dia kalimat cinta tanpa memaknainya. Katanya aku dulu lumayan bucin sih, kata Alex, sampai akhirnya aku sadar kalau rasa sayang aku ke dia itu ada karena dia selalu di samping aku bukan karena aku cinta sama dia. Sejak saat itu aku belum pernah lagi pacaran soalnya setelah dipikir aku emang belum siap dengan rutinitas itu" Hirai terdiam mendengar cerita Noah, "Lo pernah kangen sama dia?", "Pernah tapi gara-gara sibuk kuliah pelan-pelan aku bisa lupain dia"
Hirai mengangguk menanggapi. Semakin banyak ia berbicara dengan Noah maka semakin banyak pula sisi hidup dari laki-laki itu yang terkuak. "Kalau kamu? Pernah pacaran?" Hirai menatap mata Noah sebelum menjawab,
"Nggak, tapi gue lagi suka sama seseorang"
"Siapa? Kasih tau dong"
Hirai memalingkan wajahnya, "Ih, mau tau aja"
Keduanya terdiam. Suara air laut mengisi kesunyian di antara mereka, "Makan yuk! Gue udah laper" Hirai bangun lalu langsung menuju mobil. Isi kepalanya mendadak berpikir soal cerita Noah yang membuatnya jadi berkecil hati.
'Yaudah lah dijalanin aja, toh dari awal gak pernah berharap apa-apa', batinnya.