R
4 min readNov 4, 2023

“We’re falling like the stars”

"Gak usah ngebut kali, gak akan kabur juga kue yang ada di kosan lo"

"Kamu beliin kue lagi?"

"Iya, yang tadi gue bawa itu pesenan nyokap lo nah yang di kosan lo itu khusus dari gue" Hirai tersenyum jahil sambil menaik turunkan alisnya, "Kenapa rese banget?", "Ketularan lo"

Noah melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menyusuri jalan bebas hambatan. Hari sudah mulai malam dan tiba-tiba hujan turun.

"Kamu kok bisa masuk kosan aku?"

"Minta kunci sama ibu kosnya"

"Dikasih?"

"Soalnya Tante Alda yang ngomong"

Noah melirik sekilas, tangannya terangkat mengusap kepala Hirai, "Niat banget, makasih ya" ia tersenyum dan kali ini benar-benar senyum bahagia.

Mobil milik Noah akhirnya sampai di depan kosannya dan hujan tampak mulai reda, "Lo duluan, gue di belakang", "Kenapa gak bareng?" Hirai langsung mendorong tubuh Noah, "Gimana sih, kan ini kejutannya buat lo"

Noah memasukkan kunci lalu memutarnya, sebelum membuka pintu ia sempat menoleh ke belakang sedikit, "Gak aneh aneh kan?", "Lo gak percaya sama gue?" Kemudian ia mendorong pintu kamarnya perlahan, menyalakan lampu dan langsung disambut dengan hiasan khas ulang tahun yang sederhana di tembok kamarnya,

"Bentar, kuenya di kulkas" Hirai berjalan ke arah kulkas, "Ta-da! Happy birthday!" Noah tersenyum haru entah kenapa suasananya terasa berbeda saat ini ia seperti ingin menangis, "Sebentar dinyalain dulu lilinnya, sengaja nih gak pake angka soalnya nanti lo ngambek" mereka tertawa, Noah menerima kue itu lalu menatapnya lama, "Thank you, aku seneng banget",

"Make a wish dulu, baru tiup", Noah memejamkan matanya beberapa saat lalu meniup lilin di atas kue itu disambut tepuk tangan dari Hirai, "Yeay! Sekali lagi selamat ulang tahun, Pak Dokter!", Noah meletakan kembali kue ke dalam kulkas lalu duduk di atas kasur,

"Gak mau makan kuenya?"

"Aku kenyang, kalau kamu mau makan duluan aja"

"Nanti deh. By the way seneng gak?"

Noah mengangguk menatap lurus mata Hirai, "Aku hari ini udah berkali kali bilang makasih ke kamu dan aku gak akan bosen, aku beneran seneng banget dan sekali lagi thank you, ya, Hira"

"Soalnya gue bingung tau mau kasih kado apa jadi yaudah deh gini aja"

"Apapun dari kamu aku pasti terima, kamu cuma ngucapin aja aku juga udah seneng"

Noah meraih tangan Hirai lalu menariknya untuk duduk di sampingnya, "Sini duduk sebelah aku", Hirai bingung tapi tetap mengikuti Noah.

Seketika hening, hanya terdengar suara rintik hujan dan kendaraan yang lalu lalang. Baik Noah atau Hirai sama sama diam menunggu siapa yang akan bicara lebih dulu.

"Kamu, mau tau gak apa yang aku minta waktu make a wish tadi?" Hirai menoleh lalu diam tidak menjawab, ada rasa lain dalam hatinya ketika mata mereka bertemu, "Aku minta semoga laki-laki di hadapanku saat ini bisa terus sama aku sampai ulang tahun aku ke empat puluh, lima puluh, dan seterusnya. Aku juga minta semoga laki-laki dihadapanku ini masih sayang sama aku karena aku mulai jatuh hati padanya. Hirai, aku sayang sama kamu"

Napas Hirai seketika tercekat, dadanya sesak jantungnya berpacu cepat. Matanya bergetar seolah ingin menangis, "Hira, aku mau kamu jadi kado buat aku, jadi pacar aku, ya?" Noah menggenggam tangan Hirai lembut dengan mata yang masih menatap figur muda di hadapannya.

Dua menit berselang masih tidak ada jawaban sampai akhirnya sebuah anggukan lemah beri kepastian. Noah memeluk Hirai dan perlahan air mata keduanya jatuh, "I love you, Hira, terima kasih sudah mau nungguin aku" tangis Hirai semakin pecah seiring dengan pelukan yang kian dekat,

"Maafin aku yang terlalu lama bikin kamu nunggu ya, aku janji setelah ini aku akan terus bahagiain kamu, aku janji akan selalu ada buat kamu" Hirai mengulur pelukannya menatap dengan matanya yang basah, Noah menghapus jejak air mata Hirai sambil mengusap pipinya pelan, "I love you".

Hirai masih menatap Noah tanpa jawaban. Ia masih terkejut dengan pernyataan dari Noah tadi, kepalanya terasa berat, "Kenapa ngelamun, mikirin apa?" helaan napas berat terdengar, "Masih kaget", Noah terkekeh kemudian mengusap kepala Hirai, "Gemes banget, kenapa sih kamu selalu lucu"

Air mata kembali turun membasahi pipi Hirai dengan cepat Noah menyekanya, "Loh nangis lagi?", "Sedih soalnya lo sekarang beneran jadi pacar gue" Hirai mengucapkannya sambil terisak, "Padahal lo yang ulang tahun tapi gue dapet kejutan juga"

Secara tiba tiba Noah mengikis jarak di antara mereka sontak membuat Hirai memejamkan matanya, "Kenapa nutup mata? Emangnya aku mau cium kamu?" seketika ia membuka matanya kemudian mendengus kesal, "Rese", sebelum memalingkan wajahnya, Noah menarik dagu Hirai, mempertemukan bibir mereka untuk pertama kali. Awalnya hanya sebuah kecupan ringan berubah menjadi lumatan yang menuntut, yang lebih muda masih berusaha mengimbangi karena ini pengalaman baru baginya,

Noah melepas ciuman mereka, menyentuh lembut bibir Hirai, "Nanti aku ajarin ya, masih berantakan banget tapi aku tetep suka kok" wajah Hirai berubah merah padam karena malu, "Nginep sini gak?" ia mengangguk,

"Gue belum jawab tadi"

"Jawab apa?"

"I love you, too"